Mengenal Megapoda, burung unik berkaki besar yang tidak mengerami telurnya sendiri. Simak penjelasannya di artikel ini.
Jika Anda berpikir semua burung mengerami telurnya dengan cara diduduki (dierami) agar hangat, Anda perlu berkenalan dengan keluarga burung unik yang satu ini.
Mereka disebut Megapoda (dari bahasa Yunani: Megas = Besar, Podos = Kaki). Di Indonesia, salah satu anggotanya yang paling terkenal adalah Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) dari Sulawesi.
Burung ini tidak sudi mengerami telurnya sendiri. Mereka justru mempercayakan tugas itu kepada alam, mengubah tanah vulkanik dan pasir pantai menjadi "inkubator raksasa" yang canggih. Bagaimana caranya?
Si Kaki Besar yang Jadi Arsitek
| Gambar 1. Ilustrasi Burung Maleo Senkawor |
Sesuai namanya, Megapoda memiliki kaki dan cakar yang sangat besar dan kuat. Kaki ini bukan untuk mencengkram mangsa, melainkan alat berat alami untuk menggali tanah.
Tanpa cangkul atau sekop, seekor Megapoda mampu menggali lubang sarang hingga kedalaman 1 meter dengan diameter mencapai 5 meter! Mereka sangat perhitungan layaknya insinyur sipil:
Termometer Alami: Mereka menggunakan paruhnya untuk mengecek suhu tanah.
Suhu Ideal: Mereka mencari suhu inkubasi yang stabil di angka 33 derajat Celcius.
Teknisi Suhu: Jika terlalu panas, mereka akan mengurangi tumpukan tanah/serasah. Jika terlalu dingin, mereka akan menimbunnya lagi.
Sumber panasnya beragam: ada yang dari fermentasi daun busuk (kompos), panas matahari di pasir pantai, hingga panas bumi (geothermal) di kawasan vulkanik seperti habitat Maleo di Sulawesi.
Telur Raksasa dengan Teknologi Nano
| Gambar 2. Ilustrasi Telur Megaponda |
Telur Megapoda, khususnya Maleo, adalah sebuah keajaiban biologi.
Ukuran Jumbo: Ukurannya 3 hingga 5 kali lebih besar dari telur ayam biasa.
Kuning Telur Melimpah: Kuning telurnya mencapai 50-70% dari total massa telur (sangat bernutrisi tinggi).
Cangkang Berpori Nano: Meski besar, cangkang telurnya ternyata lebih tipis dari telur ayam (relatif terhadap ukurannya) untuk memudahkan pertukaran udara. Namun, cangkang ini dilapisi struktur nano khusus yang anti-air (hidrofobik) dan anti-bakteri agar tidak busuk meski terkubur di tanah lembap berbulan-bulan.
Lahir Langsung Dewasa
| Gambar 3. Ilustrasi Ukuran Anak Megaponda |
Karena tidak dierami induknya, telur ini butuh waktu sangat lama untuk menetas, yakni 60 hingga 90 hari (bandingkan dengan ayam yang hanya 21 hari).
Namun, penantian lama itu terbayar lunas. Bayi Megapoda menetas dalam kondisi Super Precocial (sangat matang).
Begitu menetas di dalam tanah, mereka harus berjuang sendirian menggali jalan keluar ke permukaan.
Saat muncul ke dunia, mereka sudah berbulu lengkap, bisa berlari kencang, bahkan langsung bisa terbang untuk menghindari predator.
Mereka hidup mandiri sejak detik pertama tanpa pernah bertemu atau diasuh oleh induknya.
Ancaman Kepunahan
Sayangnya, strategi unik ini menjadi bumerang ketika berhadapan dengan manusia.
Perburuan Telur: Karena satu lubang sarang bisa berisi banyak telur berukuran jumbo yang gurih, pemburu sangat mudah memanennya. Ini menghancurkan generasi baru Megapoda secara massal.
Predator Invasif: Hewan bawaan manusia seperti anjing, tikus, dan babi sering mengorak-abrik sarang mereka.
Kini, tempat konservasi seperti Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di Sulawesi menjadi benteng terakhir. Di sana, petugas menjaga sarang-sarang alami dan bahkan melakukan inkubasi buatan agar bayi Maleo bisa selamat dan dilepasliarkan.
Komentar