Setelah 13 tahun menghilang, Rafflesia hasseltii akhirnya ditemukan kembali. Simak kisah haru ekspedisi di hutan Sumatera.
Dunia konservasi Indonesia baru-baru ini dihebohkan oleh sebuah video viral yang memperlihatkan tangisan haru di tengah hutan Sumatera. Bukan tanpa alasan, air mata itu tumpah karena sebuah penemuan besar: Rafflesia hasseltii, spesies langka yang telah dicari selama 13 tahun, akhirnya menampakkan dirinya kembali.
Berikut adalah ulasan mendalam tentang "harta karun" botani ini, merangkum kisah ekspedisi yang menegangkan dan fakta-fakta unik yang perlu kamu ketahui.
Jejak yang Hilang di Hutan Sumatera
Rafflesia hasseltii pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan bernama Suringar pada tahun 1879 berdasarkan koleksi dari Sumatera Barat. Namun, seiring berjalannya waktu, lokasi asli penemuan tersebut telah hilang akibat pembukaan lahan, menjadikan keberadaan bunga ini sebuah misteri besar bagi ilmu pengetahuan.
Selama belasan tahun, keberadaannya seperti hantu—diketahui ada, tapi tak tersentuh. Hingga akhirnya pada tahun 2025, tim gabungan yang terdiri dari Septian Andriki (Deky), peneliti BRIN, dan ahli dari Universitas Oxford (Chris Thorogood) berhasil menemukannya kembali di hutan Sumpur Kudus, Sumatera Barat.
Mengapa Disebut "Cendawan Muka Harimau"?
| Gambar 3. Ilustrasi Cendawan Muka Harimau |
Berbeda dengan saudaranya yang lebih terkenal, Rafflesia arnoldii, spesies hasseltii memiliki pesona visual yang unik.
Pola Warna yang Khas: Warga lokal sering menyebutnya "Cendawan Muka Harimau". Julukan ini merujuk pada pola bercak putih besar yang menghiasi kelopak merah darahnya, yang sekilas menyerupai corak atau wajah harimau.
Ukuran: Secara fisik, Rafflesia hasseltii lebih kecil dibandingkan Rafflesia arnoldii. Jika arnoldii bisa mencapai diameter lebih dari 1 meter, hasseltii biasanya memiliki diameter sekitar 60–70 cm.
Kelopak: Ia memiliki 5-6 helai kelopak dengan bercak putih yang mendominasi permukaannya (sekitar 60% dari permukaan kelopak).
Perjuangan Ekspedisi: Bertaruh Nyawa di Jalur Harimau
| Gambar 4. Tangis Haru Tim Ekspedisi |
Video viral yang beredar bukan sekadar rekaman biasa, melainkan saksi bisu dari akhir penantian panjang selama 13 tahun. Septian Andriki, sang peneliti, tak kuasa menahan tangisnya di depan kamera. Tangisan itu adalah luapan rasa lega setelah belasan tahun mencari tanpa kepastian di rimba Sumatera.
Perjalanan menuju lokasi di Sumpur Kudus ini bukanlah perjalanan wisata. Tim ekspedisi, termasuk Chris Thorogood dari Oxford, harus bertaruh nyawa menaklukkan medan ekstrem. Mereka mendaki tebing curam dengan kemiringan nyaris 90 derajat, di mana satu langkah salah bisa berakibat fatal.
Tak hanya fisik yang diuji, mental mereka pun diteror. Lokasi tersebut dikenal sebagai koridor aktif Harimau Sumatera. Mereka harus berpacu dengan waktu, bergerak cepat sebelum matahari terbenam, karena malam adalah saat sang "Datuk" (harimau) mulai berburu. Menemukan "Cendawan Muka Harimau" di sarang harimau asli adalah sebuah ironi yang indah sekaligus mematikan.
Fakta Biologis & Misteri yang Belum Terpecahkan
| Gambar 5. Ilustrasi Kuncup Rafflesia Hasseltii |
Selain kisahnya yang heroik, ada banyak fakta sains menarik seputar Rafflesia hasseltii:
Parasit Sejati: Bunga ini tidak memiliki akar, batang, atau daun. Ia hidup sepenuhnya sebagai parasit pada tumbuhan inang jenis lumba-lumba hutan atau Tetrastigma.
Siklus Hidup yang Sulit: Tingkat kematian kuncup bunga ini sangat tinggi, berkisar 60-90%. Dari kuncup hingga mekar membutuhkan waktu berbulan-bulan (bahkan ada yang menyebut 9 bulan hingga tahunan), tetapi masa mekarnya sangat singkat, hanya sekitar 5-7 hari sebelum membusuk.
Bagian dari Proyek Besar: Penemuan ini bukan sekadar dokumentasi foto. Sampel dari bunga ini menjadi bagian dari penelitian phylogenomics lintas negara (Indonesia, Malaysia, Filipina) yang dipimpin oleh BRIN dan Oxford. Tujuannya adalah menyusun "pohon keluarga" Rafflesia untuk mengetahui asal-usul nenek moyang mereka menggunakan superkomputer.
Misteri Reproduksi: Hingga kini, sains belum bisa menjelaskan sepenuhnya bagaimana Rafflesia "menyusup" masuk ke dalam inangnya atau bagaimana bijinya tersebar. Rasio bunga jantan dan betina yang timpang (6:1) juga membuat reproduksi alaminya sangat sulit terjadi.
Kesimpulan
Referensi
- Dunia Alam - Mencari Spesies Yang Hilang Selama 13 Tahun
CNN Indonesia - 5 Fakta Rafflesia Hasseltii, Bunga Langka Kekayaan
Mongabay Indonesia - Mekarnya Rafflesia hasseltii, Isyarat Pentingnya Menjaga Hutan Sumatera
Komentar